Jakarta (Antara) – Kecelakaan Jeju Air Boeing 737-800 Penerbangan 7C 2216 menggemparkan dunia. Kecelakaan ini tercatat sebagai salah satu insiden terburuk dalam sejarah penerbangan Korea Selatan.
Peristiwa ini terjadi pada Minggu (20/12/2024) di Bandara Internasional Moon, Korea Selatan. Penerbangan dari Bangkok itu membawa 175 penumpang dan 6 awak kabin. Dan dari kejadian tersebut, sekitar 179 orang meninggal dunia dan hanya dua orang yang selamat.
Peristiwa tersebut awalnya mendapat perhatian setelah beredar di media sosial yang memperlihatkan pesawat tergelincir keluar landasan dan menabrak beton di dekat pagar Bandara Muan.
Analisis dari pengamat dan laporan penerbangan menunjukkan bahwa kecelakaan itu disebabkan oleh tabrakan dengan sekawanan burung (Serangan burung) serta cuaca buruk.
Kepala Stasiun Pemadam Kebakaran Muan Lee Jeong-hyun berkata, “Kemungkinan penyebabnya adalah tabrakan burung dengan cuaca buruk.”
Baca Juga: Korea Selatan akan memeriksa semua Boeing 737-800 setelah insiden Muan.
Sebagai informasi lebih lanjut, pesawat Boeing 737-800 saat ini menjadi jenis pesawat yang paling banyak digunakan di dunia. Di Indonesia sendiri, menurut Kementerian Perhubungan, terdapat lima maskapai yang mengoperasikan pesawat Boeing 737-800.
Lantas seperti apa rupa pesawat Boeing 737-800 ini? Berikut profil singkat yang dihimpun dari beberapa sumber.
Profil pesawat Boeing 737-800
Ini adalah varian dari seri Boeing 737-800. Generasi penerus bangsa Populer di kalangan maskapai komersial. Pesawat ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1997 sebagai bagian dari seri 737 Generasi penerus bangsaIa kemudian melahirkan beberapa varian lain termasuk 600, 700, 800, 900 dan 900 ER.
Soal spesifikasi, pesawat Boeing 737-800 memiliki dimensi sebagai berikut.
- Panjang: 39,47 meter
- Tinggi: 12,55 meter
- Lebar Sayap: 34,31 m
- Luas sayap: 125,0 m
- Tempat duduk: 91 cm
- Kelas satu: 12 penumpang
- Total kelas: 162 penumpang.
Baca Juga: Jenazah 174 orang telah diidentifikasi dalam kecelakaan pesawat Jeju Air.
Pesawat ini memiliki efisiensi bahan bakar yang tinggi, mampu menghemat hingga 7 persen, menjadikannya pilihan menarik bagi maskapai penerbangan di seluruh dunia.
Selain itu, kinerja Boeing 737-800 yang sangat irit dan fleksibel memberikan keuntungan bagi operator yang melayani pasar. Pengembangan pesawat ini terus berlanjut, dan pada bulan April 2009, Boeing memulai program peningkatan mesin baru CFM56-7BE disesuaikan dengan struktur pesawat 737.
Peningkatan ini membantu mengurangi konsumsi bahan bakar sebesar 2 persen. Setiap perubahan struktural pada pesawat menghasilkan perbaikan yang terintegrasi dengan baik, mengurangi hambatan yang didukung oleh teknologi.
Perangkat keras mesin CFM yang dipasang pada pesawat ini meningkatkan aliran udara dan memungkinkan mesin beroperasi pada suhu yang lebih rendah, sehingga berkontribusi pada pengurangan konsumsi bahan bakar sebesar 1 persen.
Terdapat fitur pada ujung sayap Boeing 737-800 Winglet gabungan Hal ini untuk memperpanjang panjang pesawat hingga delapan kaki dan meningkatkan efisiensi lepas landas serta mengurangi emisi karbon.
Selain itu, 737 pesawat Generasi penerus bangsa Ia mampu terbang hingga ketinggian maksimum 41.000 kaki (12,5 km), dibandingkan pesawat lain yang hanya mampu mencapai ketinggian 39.000 kaki (11,8 km).
Baca Juga: Stasiun televisi Korea Selatan telah membatalkan acara akhir tahun mereka setelah bencana udara Jeju
Baca Juga: Tiongkok mengungkapkan kesedihan atas kecelakaan pesawat Jeju Air.
Koresponden: Sean Angiateda Citores
Redaktur: Surianto
Hak Cipta © ANTARA 2024